Malem-malem habis hujan gini, bikin mood "ngegalau" muncul. Iseng baca timeline twitter, dan menemukan tweet ini:
"@hurufkecil: "when people are being really polite with you, they are actually not," my imaginary friend said."
Jadi kepikiran. :p mau nyoba lihat dari sudut pandang si "negative thinking" ah~…
Ya, kita memang nggak pernah tahu apa yang benar-benar ada di pikiran orang lain. Kita bisa mencoba menerka apa yang mereka rasakan, tapi nggak bisa benar-benar tahu dan paham rasanya. Terkadang terdengar bohong banget, ketika ada orang yang bilang, "aku tahu kok rasanya. Aku juga pernah ngalamin itu", atau "aku paham apa yang kamu rasain".
Yakin? Kalau bahasa gaul sekarang, "enelan? Ciyus? Mi apah?" *disambit*
Tetap saja, setiap orang menangkap rasa atau masalah yang dihadapinya berbeda-beda. Misalnya, si A diputusin pacarnya, si B beberapa saat kemudian juga diputusin pacarnya. Apa reaksi mereka berdua sama? Tergantung mental mereka masing-masing. Anggap aja A dan B kadar rasa sayang mereka ke pacarnya itu sama. A nangis cukup sehari, B nangis gluntungan 3 hari. Apa rasanya sama?
Nah, balik lagi ke tweet tadi. Apa hubungannya sama tweet tadi? Tweet itu memancing saya untuk memunculkan sisi "negative thinking" saya. Kita tidak bisa benar-benar tahu apa yang orang lain rasakan ketika mereka berhadapan dengan kita. Apakah itu wajah mereka yang asli atau sebuah topeng? Apakah mereka benar- benar berbuat baik kepada kita atau justru menusuk dari belakang? Bisa saja mereka memasang muka manis dihadapan kita, namun dibelakang mereka mengatakan betapa buruknya kita kepada orang lain. Bisa saja mereka begitu sopan dan ramah kepada kita, tapi dibelakang kita mereka mengacungkan jari tengahnya ke arah kita! Bisa saja mereka tersenyum manis dihadapan kita, lalu kemudian mengalihkan pandangannya dari kita dan menunjukkan wajah muaknya. Bisa saja mereka bersikap baik agar kita lebih cepat menyelesaikan urusannya dengan mereka.
But, hey! Don't forget! Sometimes ( or maybe ussually ), we also did that! Kita bersikap sopan di hadapan orang tua, kenyataannya kita malas menghadapi mereka. Bersikap manis dengan orang lain, lalu mengacungkan jari tengah saat orang itu tidak melihat. Masih banyak lagi tindakan seperti itu. Ketika kita berperilaku begitu baik, sopan dan manis, padahal kenyataannya tidak.
Jadi, intinya jangan terlalu percaya pada orang lain sepenuhnya. Jika kita sendiri bisa berbuat seperti itu, orang lain juga bisa melakukannya. Atau malah lebih buruk? Jangan menggantungkan diri kepada orang lain dengan mudah. Mereka belum tentu menyukai kita. Mereka belum tentu memilik pandangan yang sama dengan kita tentang hubungan yang sedang berjalan. Teman? Sahabat? Kenalan? Orang menyebalkan? Atau malah kita dianggap musuh?
*note: ini hanya suatu renungan naif saya. Hanya bentuk pemikiran yang tidak berteori dan hanya berdasarkan perasaan. Dan ini dilihat dari sisi negatif. Sisi positif akan ditulis di lain kesempatan. mohon maaf jika isinya ngawur dan terlihat sangat naif dan dangkal. :p
No comments:
Post a Comment