Okeh!
Ngomong-ngomong tentang KKN saya mau curhat gimana hasil observasi kami (kelompok KKN saya) di desa N.
Hari Minggu, saat pembekalan KKN, kelompok kami diberi peringatan untuk tidak menjanjikan apapun kepada Pak Lurah n di sana, karena beliau orangnya
Besoknya, kami langsung meluncur ke TKP, ya kelurahan N, karena sudah janjian dengan Pak Lurah. Saya sempat ditinggal saat berangkat.. :( Padahal waktu itu saya sudah bilang mau ambil helm buat orang yg bonceng saya. Eh.. malah ditinggal, bingung deh. Saya nggak tahu lewat jalan mana, sempet muter-muter. Heheheh.. Akhirnya ketemu deh... :) Di jalan itu pemandangannya baguuuusss! Ada terasering, dan hijau. Masih banyak pohon, adeeem... Dan saat mau ke kelurahannya, kami nyasar. Nggak ada yang tahu letak kelurahannya dimana. Itu kami sampai kebablasan ke kelurahan P. Terus, dikasih tahu sama teman yang kebagian KKN di sana, di suruh balik lagi. Ketemu deh tempatnya. Hehehe...
Di kelurahan itu ada tulisan "Grand Opening Desa Wisata N 9 September 2013". Menurut saya kondisinya masih kurang rapih untuk dijadikan Desa Wisata. Dibandingkan dengan Desa Wisata K yang sudah begitu bagus, ini masih begitu kurang. :( Selain itu, kantor kelurahannya sepi. Kantor sekertaris Kelurahan kosong mlompong, nganggur. Sayang banget. Kata peserta KKN yang lain, pejabat kelurahan di desa memang sedikit, jadi wajar kalau nggak terpakai.
Beberapa saat kemudian, Pak Lurah keluar dan ngobrol sebentar dengan kami. Ngobrol ini itu tentang KKN. Saya belum bisa menangkap dimana "matre"-nya. (matre yg 3000 atau yg 6000-an? Belom ditempel kali ya? :p). Kami dilarang bermalam di kelurahan itu.Sewaktu ada yang tanya apakah disediakan tempat buat bermalam, Pak Lurah mengatakan bahwa tidak disediakan tempat untuk bermalam. Kalau posko untuk kegiatan pagi-sore hari, ada. Terus kalau KKN-nya selesai malem gimana? :( Setelah itu, perwakilan dari kami diminta untuk menemui beliau di rumahnya pada keesokan harinya, untuk membahas kegiatan apa saja yang ada di desa tersebut.
Hari selasa sore, kami berangkat menuju rumah Pak Lurah sesuai janji yaitu jam 5 sore. Tapi, ternyata Pak Lurah belum tiba di rumahnya, sedang rapat kata Bu Lurah. Bu Lurah meminta kami untuk datang kembali setelah maghrib. Di sana kami "belum" dipersilahkan masuk. Akhirnya kami mengobrol di luar rumah sembari memikirkan mau kemana dengan sisa waktu sekitar 1 jam. Ketika kami sudah mau meninggalkan gang rumah pak Lurah, Pak Lurah pun datang, dan kami balik lagi ke rumahnya. Kami dipersilahkan masuk dan mulai mengobrol mengenai KKN. Ada beberapa poin yang saya tangkap di sana, diantaranya:
- Kelurahan atau desa N itu milik Pejabat-nya bukan milik warganya. Warga tidak ikut dilibatkan dalam pembangunan desa. Malah, sepertinya ada masalah dengan pemudanya. Beliau (Pak Lurah) mengatakan, pemuda di daerah sana itu matrealistik, selalu meminta uang apabila dimintai toling untuk membantu suatu acara. Dan itu juga yang jadi alasan kenapa kami tidak diperbolehkan mengina di desa N. Kata beliau, pemuda di daerah sana akan memaksa kami untuk membelikan mereka makanan / minuman. (Entah itu benar atau tidak.)
- Terlihatlah sifat asli Sang Lurah dan Bu Lurah. Mereka menganggap peserta KKN adalah sebagai penyandang dana (donatur), bukan sebagai motivator, mediator dan dinamisator. Mereka meminta begitu banyak hal berupa materiil. Mereka juga menyatakan kalau hal yang sifatnya non fisik tidak akan diingat/ berkesan bagi warga. Di sini saya merasa benar-benar aneh. Dalam beberapa kegiatan yang ada di Kelurahan itu, kami tidak dimintai tolong untuk membantu penyelenggaraannya, melainkan diminta untuk menyediakan logistik, seperti snack, atau kaos untuk panitia penyelenggara.
- Masih ada hal lain. Kami dianjurkan untuk tidak perlu mengakrabkan diri dengan warga desa atau mengajak warga sekitar untuk berpartisipasi dalam program kerja kami. Katanya mereka akan meminta imbalan dari kami.
Tadinya saya berharap bisa melaksanakan program seperti Tengok Bustaman, sepertinya akan sangat sulit. Padahal katanya mau dijadikan desa wisata, partisipasi warga sekitar sangat kurang. Kalau begitu yang diuntungkan hanya pejabat setempat. Tidak ada rasa memiliki dari warganya. Padahal jika warga juga ikut berpartisipasi, akan lebih baik. Warga sekitar tidak hanya sebagai penonton, tapi juga penyedia jasa. Nantinya mereka juga akan untung, desa mereka juga akan terkenal dan banyak wisatawan yang berdatangan. Mereka bisa saja membuat guest house, warung makan, menjual produk khas dan lain sebagainya. Tapi kalau cuma begini... sama aja... sepi.. Ya begini ini.
Maka dari itu, Kami (peserta KKN) harus mempunyai niat dan tujuan yang baik, rasa ikhlas, tanggung jawab besar, sehingga perlu kesiapan fisik, mental, emosional dan dana yang cukup agar KKN berjalan dengan lancar dan baik. Koordinasi dan kerjasama antar individu juga sangat mempengaruhi keberlangsungan program kerja. Jalan kami masih panjang. Semoga kami bisa memberikan yang terbaik untuk Desa N, bukan hanya berupa materiil tapi non-materiil juga. Ayo Semangat Kelompok 7!!
Saya juga perlu mengatur waktu saya sebaik mungkin biar nggak keteteran.. :P
Bismillah...
No comments:
Post a Comment