Beberapa hari yang lalu teman saya, Putri, nyeletuk tentang usia yang terus bertambah, sadar atau tidak kita sadari. Beberapa saat yang lalu, umur kita masih 10 tahun. Besok, umur kita bertambah lebih tua lagi. Sekarang, kita masih bisa bercanda gurau, menikmati masa kini. Esok? Apakah kita akan tetap seperti ini?
Dulu saya pikir, ketika nanti umur saya menginjak 17 tahun, saya akan berubah menjadi dewasa. Saya tidak kekanak-kanakan lagi. Tapi ternyata, saya baru bisa mengurangi kekanak-kanakan saya di umur 20. Ketika saya berada di titik ini, saya justru berpikir,
ini nggak akan bertahan lama. Nantinya saya akan dipaksa oleh waktu untuk bersikap jauh lebih dewasa. Hingga tiba saatnya pemikiran kita akan sekolot orang yg kita anggap "orang-orang tua".
Masa muda ini nggak akan bisa bertahan selamanya. Kita nggak bisa terus bermain seperti anak umur 5 tahun, nggak bisa se-naif seperti "remaja labil / ababil (abg labil)" di luar sana, nggak bisa senekad saat kini, yg orang tua katakan kita "masih muda".
Waktu berlalu begitu cepatnya. 50 tahun lagi, keriput terlihat jelas, uban semakin banyak. Huuh.. voila.. jadilah tua. Tsaahh.. ingat kata-kata "waktu akan menghapus luka". yep it does. Nggak cuma luka, memori juga. maybe also life? Or everything. Like this world? Well, that escalated quickly.
Ingat waktu juga ingat deadline. Yg punya tugas, anak kuliahan, kantoran, jurnalis, dan lain sebagainya, pasti sering banget ketemu deadline. Kalau udah mendekati, rasanya seperti tercekik. Hekkhh... we have no time, it said. Hidup ini juga ada deadline-nya. Bedanya, kita nggak pernah tahu kapan deadline kita. Kita cuma tahu untuk menjalani hidup sebaik mungkin. When it comes, it said you have no more times.
"Time". Is that scary, isn't it? It can heal the pain, but also kill us.
Atau sebenarnya yang kita takutkan itu "deadline"?
Skripsi skripsi skripsssssssssssiiiiiii!!!!!
No comments:
Post a Comment