Best Survey Site

7/09/2014

Edisi Ngalong #3 : Pilpres dan Black Campaign

Akhir-akhir ini insomnia saya semakin parah.... Susah tidurnya dan itu nyiksa. Ya udahlah, mumpung masih bangun tengah malem gini nulis edisi #Ngalong3 !! Sudah lama saya nggak nulis edisi ngalong. Biasanya semakin malem saya bakal makin ngawur nulisnya. Hahahaha... Okee.. skip

Saya masih mikir apa yang mau saya tulis. Oh ya! Pilpres! Tahun ini Pesta demokrasinya meriaaaah banget. Banyak kampanye, nggak cuma dari timses, sekarang para pendukung juga ikut mensukseskan kampanye capres pilihannya. Ada yang positif dan ada yang negatif. Saya paling jengkel sama yang negatif alias Black Campaign. Entah mereka dapet inspirasi darimana bisa nulis berita atau informasi nggak jelas kebenarannya gitu. Mungkin awalnya mereka itu pengen jadi penulis sinetron atau film kali ya? Jago banget bikin informasi jeleknya.

Semakin maju teknologi dan kebebasan mengutarakan pendapat yang dijunjung tinggi, pemilu semakin meriah. Semua berpartisipasi. Tapi kalau sampe fitnah itu keterlaluan. Well, namanya politik atau seni untuk mempengaruhi orang lain demi mendapat kekuasaan, ya segala cara dilakukan. Selain itu semakin mudahnya akses internet, informasi semakin mudah didapat dan disebar, dimana terkadang kebenarannya diragukan. Jadi pada pesta demokrasi kali ini ada banyak berita negatif yang ditujukan kepada pasangan capres-cawapres yang tersebar. Sulit untuk mengetahui apakah berita tersebut benar atau tidak. *sigh*

Pada pilpres tahun ini, media massa sudah nggak netral lagi. Mereka sekarang berubah jadi jamrud. *apa sih* Ya, mereka sekarang sudah berpihak ke salah satu kubu. Sebut saja mereka TV One dan Metro TV. Sebenarnya ada banyak lagi. Sebelumnya saya mau berterimakasih pada dua saluran televisi tersebut, karena telah menunjukkan contoh keberpihakan media dengan sangat jelas. MetroTv yang tadinya menjadi saluran tv wajib bagi saya, sekarang saya menjadi sangat enggan. Semua berita selalu membahas hal positif Jokowi dan hal negatif Prabowo. Sementara TV One kebalikannya, TV One lebih membahas hal positif Prabowo dan kejelekan Jokowi. Di dua saluran tersebut jarang (atau malah nggak pernah) menampilkan berita negatif pasangan capres cawapres yang didukungnya. Jadi ya kalau kita mau lihat sisi negatif dan positif masing-masing pasangan bisa pantengin itu dua saluran tv.  Lagi-lagi, entah itu benar atau tidak.

Jika dibandingkan dengan pilpres periode yang sebelumnya, pilpres periode ini lebih ramai. Terimakasih koneksi internet yang memudahkan akses informasi kami sehingga semua bisa menyerukan pendapatnya melalui media sosial online.

Bentar... Whoaaaaa... edisi ngalong kali ini serius banget yah.. Mi apah.. hahaha
Oke balik ke topik.. Sebenarnya saya lupa mau nulis apa. Sebentar....

Oh ya, balik lagi ke kampanye hitam alias Black Campaign. Saya bener-bener bingung dibuatnya. Banyaknya black Campaign yang beredar membuat saya bingung menentukan pilihan saya. Di berita ini dikatakan bahwa pasangan capres-cawapres ini bagus di hal A dan banyak kejelekannya. Sementara di berita lain dikatakan pasangan capres-cawapres ini bagus di hal B dan banyak kejelekannya. Dimana berita bagus dan berita buruk tentang satu pasangan capres-cawapres itu bisa bertolak belakang. Oke mungkin bisa diatasi dengan melihat darimana sumbernya. Tapi, seperti yang saya bilang tadi media sekarang sudah nggak netral. Yep, media massa online juga sudah berpihak ke salah satu pasangan. Trus aku kudu piye?



Untuk masalah black campaign kebanyakan orang beranggapan bahwa black campaign itu ditujukan dari salah satu pihak ke pihak lawan. Padahal bisa saja yang membuat black campaign itu justru dari salah satu pihak yang ditujukan ke pihak itu sendiri, alias dia memfitnah kubu yang didukungnya sendiri. Loh kok gitu? Iya... Untuk menciptakan kesan bahwa pihaknya lah yang menjadi pihak yang tersakiti dan pihak yang difitnah untuk mendapatkan simpati dari rakyat. Bingung kan?

Misalkan ya Anto dan Budi maju jadi calon ketua kelas TK 0 besar. Di pihak anto ada Kambing yang jadi timsesnya. Nah kambing ini membuat rumor atau berita palsu yang membahas kejelekan Anto. Pendukung Anto, yang sudah banyak baca tentang kebaikan Anto, nggak percaya dan mengira pihak Budi yang membuat cerita. Jadilah, Anto dapat dukungan sementara pihak Budi banyak dicerca.

Nah, gimana kalau ternyata kejadiannya gitu? Gimana kalau selama ini pihak yang kalian dukunglah yang melakukan cara itu buat menarik simpati kalian? Nggak Cuma berita tentang kejelekan juga yang diragukan kebenarannya, berita baik juga nggak jarang dipalsukan. Hayo lhoooh.. 

Teman saya pun berkata, gampangnya, kamu mau presiden kita orangnya yang seperti apa, yang sifatnya bagaimana terlepas dari semua berita palsu yang ada. Tetap saja sulit, karena seperti apa pun orangnya, asalkan bisa membawa Indonesia jadi lebih baik dan bukan semata mengejar kekuasaan, saya akan senang untuk memilih pasangan capres tersebut. Bagaimana kemampuannya, bagaimana prestasinya. Lagi-lagi semua terhalang berita-berita sampah itu.




Tadi saya membaca sebuah artikel yang berjudul “Kenapa SemuaOrang Perlu Berpikir seperti Ilmuwan”. Dalam tulisan tersebut terdapat istilah Confirmation Bias yang bisa diartikan kecenderungan orang untuk mencari informasi yang mendukung (confirm) pendapat atau kepercayaan orang tersebut. Confirmation bias menjebak kita untuk puas dengan informasi yang kita percaya (yang mendukung pendapat kita) dibanding mencari kebenaran yang sesungguhnya. Inilah yang terjadi pada pendukung capres-cawapres kita.

Inti dari artikel  “Kenapa Semua Orang Perlu Berpikir seperti Ilmuwan” adalah cara berpikir ilmuwan sangat bagus untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terlepas dari bidang apapun yang ditekuni. Dengan menguji korelasi setiap masalah atau fenomena di sekitar kita, maka pertimbangan dan keputusan akan lebih optimal. Seandainya semua orang memiliki analisis terhadap semua informasi yang diterima, pasti kita akan lebih mengerti satu sama lain. Dengan berpikir kritis dan tidak puas dengan pendapat kita yang diterima, dapat menghindarkan kita terjebak dari confirmation bias dan tidak mudah termakan propaganda.

Cerna baik-baik informasi yang kita temukan dan selalu tanyakan kebenarannya. Pilihlah dengan bijak capres dan cawapres untuk Indonesia, bukan untuk keuntungan pribadi atau golongan semata. J Siapa pun Capres-Cawapres yang terpilih, terima dengan ikhlas, dan rajin-rajin memberi kritik yang membangun untuk pemerintahan selanjutnya. Semoga pilpres hari ini dapat berjalan dengan baik dan damai. Demi Indonesia yang Lebih Baik!

Adios!


(Ini adalah pemikiran sederhana dan pendapat dari sudut pandang penulis, ditambah beberapa sumber yang ada. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Terimakasih atas perhatiannya.)

No comments:

Post a Comment